#

Meraih Keberkahan Dalam Rumah Tangga Part 1 oleh Ustadz Bendri Jaisyurrahman

Post a Comment

Kajian Parenting Rumil Al-Hilya -Masjid Wihdatul Ummah

 

Part 1

Ketika ada seorang anak yang masuk majelis ilmu maka seharusnya mereka disambut agar ada kenangan indah tentang islam maka mereka tidak trauma untuk hadir dalam majelis. Karena mereka kelak yang akan menjadi calon pemimpin di masa yang akan datang. Isi kepala mereka telah tertanam berbagai kebaikan-kebaikan atau hal-hal positif maka secara otomatis akan menyingkirkan hal-hal negative.

Keburukan itu akan secara otomatis terusir ketika di dalam diri si anak tertanam banyak kebaikan. Disnilah perlunya mereka sering diajak oleh orang tuanya ke majelis-majelis ilmu. Ketika diajak ke majelis ilmu lalu si anak rewel pun itu tidak menjadi masalah, orang tua bisa membawanya keluar ruangan untuk menenangkannya. Andai kata pun ketika si anak diajak ke majelis lalu dia tertidur, maka biarkan saja dia tidur. Meskipun dia tidur tapi telinga dan alam bawah sadarnya masih mendengarkan majelis ilmu yang sedang berlangsung. Jika si anak diajak ke majelis lalu dia belum bisa duduk tenang pun itu juga tidak masalah. Tidak perlu memarahinya, cukup ingatkan dengan cara yang tidak melukainya (hati maupun fikirannya).

Para orang tua bisa meniru tradisi para salafus shalih untuk membuat anaknya berdekat-dekatan dengan majelis ilmu. Misalnya Ibunda Imam Ahmad yang memakaikan Imam Ahmad dengan imamah dan gamis yang bagus sejak ia kecil lalu saat adzan subuh berkumandang, digendong anaknya menuju masjid. Apabila beliau sedang haid, Imam Ahmad diletakkan di serambi masjid ketika adzan berkumandang. Pada saat itu yang dilakukan Imam Ahmad kecil hanyalah berjalan-jalan mondar mandir di serambi masjid, namun dengan begitulah ia jadi terbiasa dengan masjid.

Contoh lainnya yaitu Ibunda Imam Nawawi yang mendorong anaknya untuk masuk ke dalam majelis halaqah Al-Qur’an. Sehingga di usianya yang belum mencapai genap 10 tahun, beliau sudah bisa menghafal Al-Qur’an. Kemudian beliau mengikuti halaqah-halaqah hadits, sehingga di usianya yang 15 tahun beliau sudah bisa menghafal ratusan ribu hadits. Bahkan di usia 19 tahun, beliau sudah menghafal kitab-kitab fiqh.

Jika saat ini lebih sering ditemui anak-anak dengan tutur kata yang kotor, maka itu menjadi ajang introspeksi diri bahwa bisa jadi selama ini sebagai orang tua kita jarang mendudukkan atau mengajak anak-anak ke majelis ilmu.

Devie
Perkenalkan, saya adalah de vie. Dalam terjemahan di google translate, de vie berarti kehidupan. Jadi, saya adalah kehidupan :D Pembaca blog ini saya sebut dengan panggilan Vie alias Viewers :) So kita samaan dong :D

Related Posts

Post a Comment