#

Haruskah Aku Bertahan Part 1 oleh Ustadz Bendri Jaisyurrahman

Post a Comment

  


Seringkali Tim Rumil Al-Hilya mendapatkan pertanyaan yang disampaikan oleh Bapak-bapak dan Ibu-ibu tentang apakah harus bertahan dengan pernikahan yang tidak sesuai harapan? Apakah saya harus bertahan sedangkan suami menyakiti dan membuat saya tidak bisa mendapatkan kebahagiaan? Apakah saya harus bertahan sedangkan istri sering mengabaikan saya, bahkan melakukan sesuatu yang buruk dan membuat saya melakukan pelampiasan lewat aktivitas maksiat lainnya?

Pertanyaan apakah harus bertahan ini perlu untuk kita apresiasi. Mengapa?

Karena hal ini menunjukkan kondisi seseorang yang menyadari bahwa cerai sejatinya menjadi pilihan. Dia tidak langsung menganggap sebagai satu-satunya solusi atau menjadi satu solusi langsung ketika seseorang menghadapi suatu permasalahan dalam rumah tangga. Nantinya kita akan membahas hal ini dari sisi esensi syariah mengenai bagaimana menjaga hak-hak individu yang agar tidak mendzalimi dan supaya pernikahan dapat berjalan tanpa harus ada yang tersakiti.

Ketika dia bertanya apakah harus bertahan, berarti ada niat baik bahwa dia ingin berusaha untuk berlepas dari ikatan tersebut namun tetap menyadari bahwa ternyata harus diupayakan untuk mencari solusi agar pernikahan ini tidak mudah karam. Karena meskipun pada hakikatnya perceraian dibolehkan ketika ada ha-hal yang terdapat pada pernikahan yang sulit dipertahankan, namun dia lebih memilih bertahan sambil memperbaiki, maka bisa jadi itu lebih baik. Dikatakan bisa jadi lebih baik karena bertahan ketika tidak ada solusi untuk memperbaiki, maka mungkin bisa menjadi sesuatu yang dzalim bagi seseorang yang bertahan tersebut, pasangannya, dan anak-anaknya.

Ada seorang istri yang ketika bertanya apakah aku harus bertahan lalu dia bercerita apa yang dilakukan pasangannya dan dia sendiri tidak punya kuasa untuk mencegah keburukan pasangannya. Lalu yang terjadi adalah, banyak sekali kerusakan dan kedzaliman yang terjadi. Mulai dari si istri yang setiap harinya harus mengalami sakit yang bukan hanya sekedar sakit fisik, tetapi juga sakit kejiwaan yang dia mendapatkan dampak ketika suaminya melakukan kekerasan, kedzaliman bagi si anak ketika dia dipertontonkan hal-hal yang buruk dari pernikahan ayah ibunya  dan memunculkan stigma bahwa pernikahan adalah hal yang menyeramkan. Beberapa orang akhirnya memutuskan untuk tidak menikah karena dia sempat mendapatkan gambaran dari orang tuanya bahwa pernikahan adalah sesuatu yang jelas ada kekerasan dan kedzaliman di dalamnya.


Part 1

Part 2

Part 3

Part 4


Devie
Perkenalkan, saya adalah de vie. Dalam terjemahan di google translate, de vie berarti kehidupan. Jadi, saya adalah kehidupan :D Pembaca blog ini saya sebut dengan panggilan Vie alias Viewers :) So kita samaan dong :D

Related Posts

Post a Comment