#

Cara Mengendalikan Marah oleh Ustadz Bendri Jaisyurrahman

Post a Comment

 

 

Apakah Anda termasuk psikologi orang pemarah? Anda ingin menghilangkan sifat pemarah?  

Tahukah Anda? Ketika Al-Qur’an berbicara tentang sifat pemarah maka ia akan digandeng dengan sifat lainnya. Pada umumnya orang yang pemarah itu tidak empathy. Lihat ayat 133 sampai 134 pada surat Ali Imran.

“Maka bersegeralah kamu menuju ampunan Allah dan surga yang seluas langit dan bumi, yang dipersiapkan untuk orang bertakwa.”

Siapakah orang bertakwa yang dimaksud?

Pengertian taqwa dan contohnya yang dimaksud yaitu seseorang yang memiliki 3 (tiga) sifat pada diri mereka. Ketiga sifat orang bertaqwa adalah orang yang suka berinfaq baik dalam kondisi lapang maupun sempit, suka menahan amarah, dan dia mampu memaafkan kesalahan orang lain (tidak dendam).

Ketika membahas hal tersebut, para ulama berpendapat bahwa ketiga sifat tersebut terangkai dalam satu perilaku orang yang bertaqwa. Jika salah satu diantara ketiga sifat tersebut hilang maka sifat yang lain juga akan hilang.

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang suka bersedekah saat lapang maupun sempit, pastinya dia bisa menahan amarah, dan dia tidak dendam atas perlakuan orang lain kepadanya. Jika menginginkan hati yang bersih dari kotoran emosional berupa marah caranya yaitu dengan sedekah.

Bagaimana jika sudah terlanjur marah atau sedang marah?

Cara mengendalikan emosi negatif ataupun cara mengendalikan emosi wanita maupun pria dapat Anda lakukan dengan beberapa hal berikut.

Berwudhu

Pertama, jika kita lihat apa yang diajarkan Rasul bahwa cara mengendalikan marah yaitu dengan berwudhu. Marah itu berasal dari bisikan setan berupa perasaan untuk marah. 

Sedangkan setan itu berasal dari api, yang mana api itu kalah dengan air. Maka jika sedang marah, usahakan jaga diri agar tetap dalam kondisi berwudhu.

Mandi

Ada terapi lain yang bisa dilakukan ketika marah. Terapi ini dijelaskan dalam Hadits Riwayat Muslim. 

Dalam hadits tersebut menceritakan kebiasaan Rasulullah dan sahabat setelah pulang dari bepergian jauh dan sebelum sampai masuk rumah, mereka terbiasa mandi terlebih dahulu di pemandian umum.

Pada zaman dahulu biasanya sebelum sampai rumah terdapat pemandian umum di Kota Madinah. Kemudian mereka mandi bersama. 

Lalu mereka baru pulang setelah mandi untuk mendatangi pasangannya dan anaknya. Dalam kondisi ini emosi mereka lebih positif.

Kenapa?

Disitu terdapat kaidah menarik dari Syaikh Abu Nashira. Sebagaimana hadats kecil yang disapu oleh wudhu. 

Begitu pula sebagaimana kemarahan yang kecil lalu disapu dengan wudhu. Akan tetapi jika hadatsnya besar, sebagaimana ketika kita junub maka dibersihkan dengan mandi. 

Begitu pula dengan kemarahan yang berkepanjangan karena lelah maka disapunya dengan mandi.

Maka dari itu apabila istri kita marah-marah ketika melayani anak, periksalah jangan-jangan dia belum mandi. Hal ini selalu Ustadz Bendri cek dan sampaikan kepada istrinya bahwa jika belum mandi maka jangan melakukan aktivitas masak dan lain sebagainya. 

Ketika istrinya belum mandi, maka masaknya pun bisa jadi sambil ngomel.  Karena orang yang belum mandi itu identik dengan kondisinya yang suntuk.  

Itulah sebabnya kenapa seorang suami yang pulang dari kantor agar mau diajak bermain oleh anak, maka berilah dia waktu transisi. Waktu transisi ini dimaksudkan agar dia bisa mandi dan menikmati kopinya terlebih dahulu. 

Setelah itu baru lakukanlah interaksi dengannya. Ketika seorang suami pulang, dia dalam kondisi lelah dan kesal di sepanjang perjalanan. Semua rasa lelah dan kesal itu luruh saat dia mandi.

Ubah Posisi Tubuh

Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW. Ketika saat marah posisi kita dalam keadaan berdiri maka kita diminta untuk duduk. 

Disisi lain, berdasarkan riset yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa marah itu semakin berkembang jika aliran darah berkembang cepat. Salah satunya yaitu ketika kita membesarkan badan. 

Maka dari itu jika seorang pemarah berorasi sambil berdiri dan mengangkat tangan, pasti dia akan semakin marah.

Menurut para ulama, jika kita ingin marah maka dekatkan diri ke arah bawah supaya energi marah itu kalah dengan tanah. Itu sebabnya ketika marah sebaiknya duduk. Namun jika masih marah juga maka berbaringlah/ tidurlah.

Sesekali cobalah ketika marah kepada anak, maka lakukanlah marah itu sambil tiduran. Jika masih tetap marah maka jepitlah sampai bagian lutut menyentuh dengan perut. Pada konsepnya, mengecilkan badan berarti mengecilkan aliran darah sehingga dapat meminimalisir setan dalam menggoda kita.



Devie
Perkenalkan, saya adalah de vie. Dalam terjemahan di google translate, de vie berarti kehidupan. Jadi, saya adalah kehidupan :D Pembaca blog ini saya sebut dengan panggilan Vie alias Viewers :) So kita samaan dong :D

Related Posts

Post a Comment