#

Haruskah Aku Bertahan Part 3 oleh Ustadz Bendri Jaisyurrahman

Post a Comment

 



Part 3

Membiarkan kedzaliman pasangan yang menimbulkan jiwa itu tidak dibenarkan dengan kalimat, “Saya bertahan saja.” Jiwa kita memiliki daya tahan. Jika yang disampaikannya sebagai alasan kuat yaitu demi anak-anak, maka kajilah kembali tentang siapkah anak menanggung trauma ketika melihat ibunya terdzalimi setiap hari? Untuk itu, islam menganjurkan agar berusahalah bangkit untuk mendapatkan solusi ketika mengalami permasalahan yang sangat berat dalam rumah tangga. Sehingga, makna bertahan disini bukanlah makna pasif.

Bertahan dalam logika yaitu mencari sebuah solusi untuk memohon perubahan. Ketika kita sudah berusaha agar pasangan kita mendapatkan insight ataupun perbaikan dalam dirinya, maka disitulah kita bisa menentukan apakah proses pernikahan ini dilanjutkan atau tidak. Maka rumus pertama agar mendapat energi positif agar bertahan bersifat aktif yaitu niatkan terlebih dahulu karena Allah SWT. Ketika seseorang meniatkan sesuatu karena Allah SWT, dia akan mencari kebaikan-kebaikan yang ada di dalam pernikahan tersebut. Misalnya, saya bertahan karena mencari ridha Allah SWT.

Dalam mencari ridha Allah SWT tentunya kita tidak pasif. Hal yang dapat dilakukan yaitu:

1.    Memberikan kekuatan pada diri kita agar tidak lemah dalam menghadapi keburukan atau kedzaliman pasangan. Kita bisa berdo’a untuk memberikan kekuatan batin kita. Misalnya do’a yang membuat seorang Asiyah bisa menghadapi kebengisan Firaun. Di sisi lain, contoh Asiyah menghadapi Firaun ini juga bisa menjadi contoh tentang sosok wanita mulia. Meskipun ujung dari kehidupannya tidak boleh kita tiru. Karena pada akhirnya sebagian para mufasir menyebutkan bahwa Asiyah meninggal di tangan Firaun. Hal yang dapat dicontoh dalam hal ini yaitu tentang bagaimana Asiyah memohon kepada Allah SWT dengan balasan surga atas kesabarannya dalam menghadapi pasangan yang benar-benar rusak.

Jadi, kata kunci pertama agar kita tidak rugi di sisi Allah bahwa kita bertahan untuk mencari ridha sesuai dengan kesanggupan diri kita. Jika alasannya bertahan hanya untuk anak-anak, maka dia tidak akan memiliki nilai ibadah.

2.    Ketika pernikahan yang terjadi memberikan dampak buruk, tetapi kita menyadari bahwa menikah adalah ibadah, maka kita seharusnya memahami bahwa ibadah sejatinya menguji tentang sejauh mana ketahanan kita. Lalu kita bukan hanya sekedar pasrah ketika menerima hal-hal buruk namun kita dituntut untuk keluar menemukan akarnya dan mencari solusi atasnya.

Part 1

Part 2

Part 3

Part 4


Devie
Perkenalkan, saya adalah de vie. Dalam terjemahan di google translate, de vie berarti kehidupan. Jadi, saya adalah kehidupan :D Pembaca blog ini saya sebut dengan panggilan Vie alias Viewers :) So kita samaan dong :D

Related Posts

Post a Comment