#

Kunci Agar Emosi Anak Cerdas

9 comments

kunci agar emosi anak cerdas
Jika ditanya, apakah Vie sudah benar-benar menjalankan peran sebagai orang dewasa, kira-kira jawaban apa yang akan diberikan? Disadari atau tidak, terkadang sifat kekanak-kanankan itu muncul menghiasi kehiduan orang-orang yang menganggap dirinya dewasa. Konon katanya sih ketika seseorang merasa nyaman, maka dia akan menunjukkan sikap kekanak-kanakannya

Menurut Vie, apakah semua orang yang sudah berumur (khususnya yang sudah berstatus sebagai ayah dan ibu) mampu melakukan komunikasi berkualitas dan memiliki kecerdasan emosi yang baik?

Apakah Vie sudah paham makna dewasa? Setelah tahu dan menilai diri sendiri, mungkin Vie akan merasa sudah cukup dewasa. Tapi setelah mendengar sesi konseling bersama Ibu Elly Risman, mungkin Vie justru akan merasa mendapat tamparan keras.

Ditambah lagi dengan penyampaian Beliau yang tegas, ego pribadi Vie mungkin akan merasa terusik. Namun setelah dipikirkan kembali, ternyata apa yang disampaikan Beliau benar adanya. Orang tua memang harus memerdekakan dirinya agar bisa melakukan komunikasi berkualitas dan menciptakan keturunan yang cerdas secara emosi.

Sayangnya tidak semua orang yang sudah berumur ataupun berstatus ayah dan ibu mampu melakukannya. Meski demikian, orang tua pasti tetap ingin memberikan yang terbaik. Mereka ingin melakukan komunikasi berkualitas agar bisa membentuk emosi yang cerdas bagi anak-anaknya.

Senada dengan hal itu, ada insight menarik yang saya dapat dari acara seminar yang merupakan kolaborasi antara Komunitas Teman Mama dan Komunitas Tentang Anak. Kegiatan yang dinarasumberi oleh Ibu Elly Risman, Psi ini mulanya ingin membahas panjang lebar terkait komunikasi berkualitas dan emosi anak cerdas.

Alokasi waktu yang berbatas membuat Beliau harus memadatkan isi seminar dan konseling. Peserta diminta untuk menaati peraturan yang dibuat, antara lain diminta menyiapkan kertas dan alat tulis, menyalakan kamera, dan dilarang merekam.

Psikolog pakar pengasuh anak yang sudah menikah dan memiliki 3 orang putri serta 7 orang cucu ini mengawali acara dengan meminta peserta untuk menceritakan pengalaman mereka yang paling membanggakan saat berkomunikasi bersama ananda. Di sela-sela materi, Beliau juga mengajak peserta untuk terus aktif menanggapi melalui kolom chat dan mengikuti apa yang diinstruksikannya.

Direktur Rumah Keluarga Risman @rumahkeluargarisman mengisi materi dengan sangat serius dan telaten. Konsep seminar yang dikolaborasikan dengan konseling sengaja melarang peserta untuk merekam zoom agar privasi si penanya tetap terjaga. Disamping itu Beliau juga berusaha menarik perhatian peserta untuk menjaga agar semua fokus pada apa yang sedang dibahas.

Perubahan Hormonal

periode perubahan hormonal terbesar

Karena setiap peserta untuk selalu fokus pada penjelasan, instruksi, dan pertanyaan dari narasumber, jadi kemungkinan besar tulisan yang saya buat ini akan ada banyak kekurangan. Tapi saya usahakan semaksimal mungkin sesuai dengan apa yang dijelaskan dan dimaksudkan Beliau.

Sembari meminta peserta untuk menyediakan alat tulis dan selembar kertas yang diminta untuk melipatnya menjadi beberapa bagian, Beliau menjelaskan 4 (empat) periode perubahan hormonal terbesar. Perubahan hormonal sebenarnya terjadi pada laki-laki dan perempuan.

Namun karena seluruh pesertanya adalah perempuan, jadi fokus pembahasan hanya menyebutkan tentang periode-periode perubahan hormonal terbesar pada perempuan. Urgensi empat periode perubahan hormonal tersebut agaknya Beliau tekankan agar disadari oleh banyak pihak.

Iya, bukan hanya si ibu atau si istri saja yang perlu menyadarinya. Suami, orang tua, mertua, keluarga, dan lingkungan sekelilingnya pun perlu sadar sehingga tidak asal-asalan menilai, mengomentari, mencibir, atau bahkan sampai menghakimi.

Dengan kata lain, ada baiknya untuk diam daripada harus berkata yang tidak baik. Tahukah Vie bahwa seorang perempuan mengalami perubahan hormonal yang sangat berarti selama hidupnya? Pada umumnya perubahan hormonal terbesar itu terjadi pada 4 periode.

1. Pra Pubertas

2. Hamil

3. Melahirkan

4. Mid Life Crisis


Perubahan hormonal terbesar ini perlu diketahui agar setiap orang (khususnya suami dan istri) memiliki pengetahuan yang cukup ketika ke empat periode tersebut terjadi dan dapat melaluinya dengan baik. Pada setiap periode tersebut akan ada perubahan emosi yang mempengeruhinya dalam mengambil keputusan.

Misalnya saja saat hamil dan melahirkan. Sering terdengar bahwa orang yang sedang hamil dan pasca melahirkan itu sangat sensitif. Bahkan sampai ada kasus pembunuhan yang terjadi pada periode tersebut.

Sedangkan sebagian lainnya ada yang menyisakan luka batin bagi si janin. Yang mana apapun emosi atau luka (fisik dan psikis) si ibu sejak ia mengandungnya akan tersimpan dalam memori si janin sampai mereka tumbuh dewasa.

Tidak berhenti di situ, Ibu Elly Risman juga menyebutkan bahwa masih banyak rakyat Indonesia yang tidak mengatur jarak kelahiran bagi buah hati mereka. Beliau sangat tidak menyarankan semacam ini terjadi.

Mengapa demikian? Karena tubuh seorang ibu itu membutuhkan jeda untuk beristirahat setelah proses mengandung dan melahirkan yang sebelumnya. Belum lagi ditambah dengan persiapan secara psikis dan finansial yang harus mantap sebelum berencana untuk promil berikutnya.

Jika hal tersebut tidak dipersiapkan, maka tidak hanya kondisi fisik yang tidak siap, tapi juga psikis dan finansial pun ikut berantakan. Disinilah pentingnya merencanakan kehamilan bersama suami, sehingga keduanya benar-benar siap.

Kenapa harus berdua? Karena kehamilan itu terjadi karena andil dari kedua belah pihak. Jadi, keduanyalah yang harus bertanggung jawab.

Setidaknya setelah tahu maka masing-masing individu jadi peduli dengan apa yang sedang terjadi dan respon yang harus diberikan. Andaipun ada salah satu pihak yang belum bisa mengontrol responnya, setidaknya yang lain tahu apa yang sedang terjadi dan bagaimana harus merespon.

Bersyukur

Sudahkah Vie bersyukur? Berapa sering Vie bersyukur? Hal apa saja yang Vie syukuri? Bagaimana dengan perkawinan Anda? Apakah Anda saat ini sedang berperan sebagai seorang ibu?
Jika sudah bersyukur, seberapa sering rasa syukur itu Vie panjatkan? Menurut yang disampaikan Ibu Elly Risman, sebaiknya bersyukur itu dilakukan setiap helaan nafas dan setiap menyadari sesuatu hal.
Bersyukur itu dilakukan setiap helaan nafas dan setiap menyadari suatu hal.  
Apapun yang Allah SWT siapkan dan berikan harus disyukuri. Jika tidak bersyukur maka Vie akan merasa tersiksa dengan apa yang dimiliki. Bahkan semua yang ada justru menjadi seperti adzab. Ketika diberi amanah untuk menjadi seorang ibu, itupun harus disyukuri. Allah SWT memberikan amanah itu kepada Anda, maka harus yakin bahwa Vie mampu menjalankannya.

Komunikasi Berkualitas Emosi Anak Cerdas

komunikasi berkualitas emosi anak cerdas


Pada sesi webinar yang sekaligus mengusung konsep konseling, Ibu Elly Risman membuat kesepakatan dengan para peserta untuk mengganti komunikasi dengan ngomong.

Ngomong merupakan salah satu kunci yang kerap tidak disadari akan dampak besar pengaruhnya kepada manusia. Untuk menciptakan emosi anak yang cerdas melalui komunikasi berkualitas dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut.

1. Mengukur Kesiapan Menjadi Orang Tua

Menurut Ibu Elly Risman, ngomong itu hanya sebagai alat. Yang lebih penting yaitu tentang apa isi dan bagaimana cara menyampaikan. Mengawali pembahasan tentang mengukur kesiapan menjadi orang tua, Beliau melontarkan satu pertanyaan yang cukup menohok.

Anda siap menikah saja atau siap menikah dan siap menjadi orang tua?

Awalnya mungkin Vie bingung, kenapa harus pertanyaan itu yang disampaikan? Bukankah menikah itu otomatis harus siap menjadi orang tua juga? Pertanyaan itu Beliau berikan karena mayoritas dari orang yang melangsungkan pernikahan hanya siap untuk menikah namun belum siap menjadi orang tua.

Jika seseorang sudah siap menikah dan siap menjadi orang tua, maka seharusnya ia mengenali siapa dirinya dan pengaruh kemampuannya sebagai orang tua. Disamping itu orang yang sudah siap menjadi orang tua akan belajar mengenai parenting, finansial, psikologi, dll 

Usut punya usut, banyaknya individu yang hanya siap menikah tapi belum siap menjadi orang tua memiliki salah satu kesamaan penyebab. Penyebabnya yaitu karena para orang tua hanya menyiapkan anak-anaknya untuk siap menikah saja tanpa membekali mereka agar siap menjadi orang tua.

Jika dahulunya Anda tidak dipersiapkan untuk menjadi orang tua maka cukup berhenti di Vie. Jangan ulangi, apalagi sampai turun temurun ke anak cucu. Mulai saat ini persiapkan diri agar siap menikah dan siap menjadi orang tua. Belajarlah parenting, psikologi, dan berbagai persiapan lainnya.

Diary Pengasuhan dan 3M

Menuliskan

Vie perlu menuliskan semua hal terkait pengasuhan, meliputi perasaan, sebab, dan akibat.

Merenungkan

Ketika semua sudah Vie tuliskan, menjelang tidur atau pagi hari cobalah untuk merenungkannya.

Membicarakan

Setelah direnungkan, cobalah untuk mengkomunikasikan bersama pasangan. Apabila kesulitan dalam menyampaikan, Vie bisa menggunakan catatan yang ada sebelumnya.

2. Ayah Ibu Harus Merdeka dan Jelas Peran Fungsi serta Tanggung Jawabnya

Ketika membicarakan bab kedua, Ibu Elly Risman meminta peserta untuk mempraktikan apa yang ditunjukkannya. Sembari menunjukkan yang dipraktikkan, Beliau juga memberi beberapa pertanyaan berikut.

a. Apakah masa lalu Anda sering muncrat?

Saat bertanya hal ini, Beliau mempraktekkan dengan meregangkan jari tangan kanan di atas tangan kiri yang menguncup. Lalu meregangkan tangan kiri sambil membenturkannya ke regangan jari tangan kanan saat mengilustrasikan proses muncratnya emosi.

b. Apakah yang muncrat itu? Yang muncrat Anda atau anak kecil?

Peserta konseling menjawab bahwa yang muncrat adalah anak kecil. Lalu Beliau menjelaskan bagaimana situasi dan kondisi yang tercipta ketika Anak Kecil Mengasuh Anak Kecil.

c. Apakah yang muncrat itu hanya Anda atau suami juga?

Mayoritas peserta menjawab bahwa yang muncrat adalah mereka dan suami. Jawaban tersebut sontak mendapat penjelasan lebih lanjut dari Ibu Elly Risman. Bahwasanya hal ini menunjukkan adanya Anak-anak Kecil Mengasuh Anak-anak Kecil.

Vie tentu bisa membayangkan ketika Anak-anak Kecil Mengasuh Anak-anak Kecil, maka yang akan terjadi yaitu komunikasi menjadi tidak berkualitas. Mengapa demikian? Karena ketika Anak-anak Kecil Mengasuh Anak-anak Kecil, maka akan ada banyak emosi yang muncrat.

d. Apakah dampak yang akan terjadi pada anak apabila hal itu terpapar kepadanya?

Peserta menjawab berdasarkan pendapatnya masing-masing melalui kolom chat. Ibu Elly Risman mengiyakan beberapa dampak yang akan terjadi pada mereka, misalnya seperti trauma, insecure, emosional, dll.

Lebih lanjut beliau menganalogikan peristiwa ini sebagaimana seseorang yang bukan dokter dan berpraktik sebagai dokter. Maka yang terjadi adalah malpraktik. Beliau memperjelas pula bahwa yang terjadi adalah Anak-anak kecil mengasuh anak kecil yang merupakan suatu tindakan malpraktik.

e. Apakah dalam 6 bulan terakhir sudah menyapa perasaan pasangan?

Bagi Vie yang sering menyapa perasaan maka bersyukurlah, karena dalam komunikasi yang diperhatikan adalah perasaan. Saat ditanyakan tentang perasaan maka partner akan merasa lebih dianggap keberadaannya.
Perasaan itu halal.
-Elly Risman-
Ibu Elly sempat mempertanyakan posisi perasaan bagi para peserta. Beliau khawatir bahwa jangan- jangan Anda dibesarkan dengan anggapan bahwa perasaan itu haram. Lalu tidak mau menyapa perasaan pasangan. Jangan sampai hal ini terjadi.
Perasaan itu perlu diperlakukan dengan 3D
DIKENALI, DITERIMA, & DIHARGAI
-Elly Risman-
Vie harus bisa memperhatikan iklim yang terjadi di keluarga dengan mengenali, menerima, dan menghargai perasaan tersebut. Sebagai seorang ibu, Anda harus bisa mengelola emosi bahagia.

Bagaimanapun juga emosi itu mengalir. Menurut Vie jika rasa itu diabaikan apakah nantinya ia akan mampu menghasilkan strategi dan melukis masa depan yang cemerlang untuk si anak? 

Bukankah pengabaian rasa tersebut menjadi sebuah malpraktik? Malpraktik inilah yang sebenarnya menunjukkan bahwa masing-masing pribadi belumtentu berada pada kondisi merdeka.

3. Menjalankan Peran dan Fungsi Ayah

Menjadi Ayah dan Pencari Nafkah

Pada umumnya seseorang yang sudah bergelar sebagai seorang ayah, ia akan fokus untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarganya. Sampai-sampai mereka sering lupa untuk berperan menjadi seorang ayah terlebih dahulu sebelum berangkat bekerja.

Seorang anak membutuhkan kehadiran ayah secara utuh sejak ia mengawali harinya. Untuk itu lelaki perlu berperan menjadi sosok ayah terlebih dahulu sebelum menjadi sosok pencari nafkah. Jadi, sebelum berangkat kerja curahkan perhatian kepada anak terlebih dahulu.

Ayah Penentu tentang Siapa Pengasuh Anaknya

Pada tahap tumbuh kembang seorang anak, ia membutuhkan kehadiran sosok ayah dan ibu secara utuh. Disinilah pentingnya memilihkan menantu sekaligus besan yang baik. Seorang ayah harus memastikan apakah pola asuh yang digunakan sesuai ajaran agama atau tidak.

Anak membutuhkan kelekatan pada usia 0 sampai 5 tahun. Di masa ini diharapkan agar orang tua memaksimalkan masa ini. Karena jika fase kelekatan dilakukan setelah usianya lebih dari 5 tahun, maka itu dianggap sudah expired.

Jika pengasuhan anak dilakukan dengan berganti-ganti orang, maka kelekatannya menjadi tidak optimal. Bisa dibayangkan seperti layaknya perangko yang sudah dilekatkan dengan kertas pertama lalu dicabut kemudian dilekatkan kepada kertas kedua, dan hal ini terus dilakukan kepada anak yang berpindah-pindah pengasuhannya.

Sejatinya seorang anak membutuhkan penyesuaian diri, memiliki daya tahan, rasa aman, merasa sejahtera, termotivasi, dan regulasi stress yang baik. Jika yang terjadi adalah pengasuhan yang terus menerus berganti-ganti, maka ibarat perangko tadi ia akan rusak.

Ayah Sebagai Tokoh Identifikasi

Seorang anak memerlukan tokoh identifikasi. Sampai dengan usia yang ke-7 tahun si anak melakukan identifikasi kepada orang tua yang sejenis dengannya. Apabila ayah hanya hadir secara fisik, maka si anak tidak dapat mengidentifikasi tentang ayahnya secara menyeluruh.

Ayah berada pada posisi sangat sentral yang membuatnya harus bertakwa. Dengan ketakwaannya ia akan bisa menyadari bahwa istri dan anak adalah amanah dari Allah SWT. Dengan begitu seorang ayah akan memberi pondasi dan mendidik istri serta anak-anaknya untuk menjadi pribadi yang taat, tegas, dan bijak.

Hal tersebut juga akan membuat keluarga yang mampu membuat peraturan, menyepakati, menerapkan, melakukan evaluasi, dan menjalankan konsekuensi. Ketika ikhtiar maksimal telah dilakukan, terakhir serahkanlah perihal hasil dan hidayah itu kepada Allah SWT.

Peran ayah yang kurang optimal pada anak laki-laki akan membuat ia menjadi pribadi yang nakal, agresif, pengguna narkoba, dan seks bebas. Sedangkan dampak bagi anak perempuan yaitu membuatnya menjadi mudah depresi dan melakukan seks bebas.

Di sela-sela penyampaian materi, Beliau juga sempat menyebutkan bahwa Vie perlu kritis kepada media yang hanya membahas permasalahan dalam dunia pernikahan. Pasalnya mayoritas dari mereka tidak membahas secara spesifik tentang peran seorang ayah pada persoalan tersebut.

Bekerjasama dengan Suami

Perlu Anda ingat bahwa membuat seorang anak itu melibatkan peran serta suami dan istri. Yang mana dalam proses pembuatannya yaitu sperma aktif bergerak untuk menemukan ovum. Dari sini dapat diambil pelajaran bahwa yang harus lebih aktif dalam kepengurusan rumah tangga yaitu seorang suami. Dan seorang ibu wajib melakukan kerjasama yang baik dengan suaminya.

Tips Ngobrol Ke Suami

tips ngobrol ke suami


Pada materi sebelumnya sudah di singgung mengenai pentingnya kehadiran dan peran seorang ayah. Namun tidak jarang kaum hawa yang merasa kesulitan untuk menyampaikan isi hati dan pemikirannya kepada suami.

Beruntungnya Ibu Elly Risman membagikan kiat agar ngomong ke suami menjadi lebih efektif. Anda bisa menggunakan kiat berikut.

a. Tingkatkan frekuensi berhubungan suami istri

b. Isu harus kritis

c. Kalimat tidak panjang (tidak lebih dari 15 kata)

d. Gunakan kalimat tanya

e. Bicarakan saat siang atau hari libur

f. Selesaikan masalah inner child

g. Selesaikan persoalan Anda dengan pasangan

4. Memerdekakan Diri

Apakah Vie sudah merasa merdeka? Atau Vie saat ini masih merasa sakit? Jika masih merasa sakit atau belum merdeka, Vie bisa melakukan beberapa cara yang diberikan Ibu Elly Risman berikut sebagai ikhtiar untuk memerdekakan diri.

a. Kenali emosi yang paling sering muncrat dalam kehidupan sehari-hari. Lengkapi setiap emosi dengan skor yang bisa menggambarkan posisinya.

b. Tandai bagian tubuh yang sering merasa sakit. Pegang bagian yang sering merasa sakit, lalu bilang ke bagian itu untuk membuang sampah emosi dan unek-unek yang ada selama ini. Lakukan metode pernafasan 333 (hirup, tahan, dan lepaskan). Tahan nafas, sambil mengembungkan pipi dan melepaskan nafas dengan gerakan seperti meniup. Lakukan pula sholat tahajud, dzikir, dan minta syafaat Allah SWT.

c. Optimalkan potensi lemah lembut. Setiap orang memiliki potensi untuk berlemah lembut. Potensi ini kadang terkubur hingga individu merasa tidak memilikinya. Lalu bagaimana cara untuk menggali dan mengoptimalkannya? Caranya yaitu dengan memafkan diri sendiri dan semua orang. Selanjutnya meminta agar Allah SWT mengampuni diri sendiri dan semua orang yang pernah hadir dalam kehidupan Vie. 

Agar Emosi Anak Cerdas

Vie mungkin bertanya-tanya tentang garis merah yang harus diperhatikan orang tua agar bisa membuat emosi anak menjadi cerdas. Vie bisa simak beberapa hal yang dipaparkan oleh Ibu Elly Risman berikut.

a. Anak membutuhkan kelengketan dengan kedua orang tuanya. Vie perlu membangun kelengketan ini sesuai fase tumbuh kembangnya. Setidaknya Vie harus memanfaat 5 tahun pertamanya untuk membangun kelengketan yang berkualitas dengan si anak.

b. Nutrisi yang tepat perlu Vie berikan kepada anak. Air Susu Ibu atau ASI merupakan nutrisi yang paling dibutuhkan oleh anak pada 2 tahun pertama usianya.

c. Upayakan agar anak memiliki kemampuan untuk meregulasi emosi yang baik. Karena pada hakikatnya seorang anak tidak bisa berada dalam kondisi stres. Saat situasi dan kondisi memposisikan Vie dalam kondisi sebagai pekerja sekaligus seorang ibu, maka pertimbangkan hal apa saja yang perlu dipersiapkan untuk anak.

Jika kondisi itu membuat Vie berfikir untuk menitipkan anak kepada nenek atau kakeknya, pertimbangkanlah sisi positif dan negatifnya. Pasalnya seorang nenek dan kakek tidak didesain oleh Allah SWT untuk mengasuh cucu sepanjang waktu. Disamping itu, fisik mereka juga lebih mudah merasa lelah.

d. Rumuskan tujun jangka pendek dan panjang untuk anak. Perencanaan ini perlu dilakukan agar orang tua tidak melakukan segala sesuatunya dengan tergesa-gesa dan membuat stress si anak.

Kekeliruan Komunikasi

kekeliruan komunikasi

Ada lima kekeliruan komunikasi yang umumnya dilakukan orang tua kepada anak usia 2 sampai 5 tahun.

1. Bicara Terburu-buru

Saat orang tua bicara terburu-buru maka si anak kesulitan dalam mencernaan informasi yang digelontorkan kepadanya.

2. Nada Bicara Tinggi

Nada bicara yang tinggi akan membuat suasana menjadi lebih tegang, menimbulkan keresahan dan berpotensi untuk membuat anak menjadi stress.

3. Tidak Membaca Bahasa Tubuh dan Tidak Mendengarkan Perasaan

4. Selalu Menggunakan Dua Belas Gaya Populer

Dua belas gaya popular yang dapat menghambat komunikasi dengan anak yaitu memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, mengecap, mengancam, menasihati, membohongi, menghibur, mengkritik, menyindir, dan menganalisis.
 

Memperbaiki Kekeliruan Komunikasi

Tidak berhenti pada informasi tentang perihal kekeliruan yang kerap dilakukan dalam komunikasi, Ibu Elly Risman juga menjelaskan tentang kiat memperbaikinya.
memperbaiki kekeliruan dalam komunikasi

1. Hindari Bicara Buru-Buru

Pernahkah Vie membayangkan apa yang dirasakan anak saat orang tuanya bicara dengan terburu-buru? Anak akan merasa tidak nyaman. Ketika Vie mengawali pagi hari si anak dengan bicara buru-buru yang membuatnya menjadi tidak nyaman, lalu bagaimana akibatnya di sisa hari nanti?

Agaknya hal itu perlu menjadi pertimbangan. Lalu bagaimana supaya tidak terburu-buru? Vie perlu melakukan persiapan sebelum mengkomunikasikannya kepada anak. Kemudian izinkanlah anak untuk berfikir, memilih, serta mengambil keputusan untuk dan atas dirinya sendiri.

Sebagai contoh yaitu dengan membuatkan list makanan selama satu minggu. Kemudian berilah kesempatan agar anak memilih menu yang diinginkan. Setelah itu ajaklah dia untuk berbelanja.
“Jangan kau gesa-gesakan anakmu ketika kecil. Karena aku akan mendapatkan orang dewasa yang ke kanak-kanakan”
-Elly Risman, Psi-

2. Turunkan Nada Bicara

Kondisi emosi yang sedang tidak stabil akan cenderung membuat nada bicara seseorang menjadi tinggi. Agar bisa menurunkan nada bicara, Vie harus mengetahui dan menyadari penyebab, asal, dan dampaknya.

Trik lain yang bisa Vie gunakan yaitu mencoba langkah berikut.

a. Tarik nafas, gembungkan pipi, dan keluarkan nafas dari mulut dengan gerakan seperti meniup.

b. Senyum lalu mulai berbicara

c. Siapkan mental untuk menghadapi berbagai kemungkinan

d. Tarik nafas dalam-dalam lalu lepaskan dengan pelan-pelan

e. Buatlah aturan dan terapkan konsekuensi yang logis serta alamiah

f. Bentuk kebiasaan yang baik agar neuron di otak saling tersambung

3. Baca Bahasa Tubuh, Tebak Perasaan, dan Berikan Nama

Dalam komunikasi biasanya orang akan mengandalkan bahasa verbal. Terutama pada orang yang membutuhkan afirmasi berulang-ulang dengan pernyataan verbal dari partner komunikasinya. Apakah Vie juga termasuk tipikal orang yang lebih suka dengan komunikasi verbal dan afirmasi berulang-ulang?

Komunikasi bisa dilakukan dengan membaca bahasa tubuh dan menebak perasaan. Apakah Vie sudah tahu tentang hal ini? Meskipun bisa komunikasi dengan cara ini, tapi perlu diingat bahwa pada situasi dan kondisi tertentu seseorang juga membutuhkan komunikasi secara verbal.

Pada sesi konseling para peserta diberitahu oleh Narasumber bahwa bahasa tubuh berbicara lebih nyaring daripada kata-kata. Beliau mempertegas pula dengan pernyataan bahwa bahasa tubuh tidak pernah berbohong. Lalu sudah tahukah Vie bagaimana cara membaca bahasa tubuh? Simak caranya berikut.

Cara Membaca Bahasa Tubuh

cara membaca bahasa tubuh

a. Sebut apa yang nampak satu persatu sampai dia merespon

Ingat Vie, sebutkan tentang bahasa tubuh yang berkaitan dengan emosi dan bukan tentang perilaku. Jangan pula tanyakan “Kamu kenapa?”

b. Sabar untuk menunggu reaksi

c. Tebak perasaan yang mewakili dan mendekati bahasa tubuh

Saat membaca bahasa tubuh, hindari penggunaan 12 gaya popular untuk menghasilkan komunikasi yang baik. Mayoritas kita sering melakukan kekeliruan karena emosi-emosi yang muncrat. Semua itu berawal dari kita. Kita harus menyelesaikan dengan diri sendiri terlebih dahulu.

d. Tanyakan maunya

e. Menerima perasaan

Vie harus menerima perasaannya karena perasaan itu halal.
“Rumuskan pengasuhan bagaimana yang diinginkan. Lalu sepakati, laksanakan, dan evaluasi.”
-Elly Risman-

Insight Sesi Konseling

insight sesi konseling

1. Tantrum

Ketika hari-hari biasanya anak tidak pernah marah tapi beberapa hari belakangan ia justru sering tantrum, maka cari penyebab kenapa dia seperti itu. Hal yang perlu diperhatikan yaitu bahwa sejak kecil si anak tidak diajarkan rules. Misalnya rules tentang boleh marah tetapi tidak dengan teriak. Di samping itu cek juga kelekatannya dengan orang tua.

2. Luka yang Terulang

Memulai menyembuhkan luka yang terulang kembali dapat dilakukan dengan mencatat perasaan. Setelah selesai sholat buang rasa-rasa tidak nyaman itu. Cobalah ungkapkan tentang kondisi jiwamu yang terjajah oleh orang tuamu. Lalu tanyakan hal yang sekiranya membuat orang tuamu menganggapnya tidak baik. Misal, tanyakan pada diri sendiri, “Mamah ngga suka kalo Alia teriak”. Kemudian cek perasaan Vie, bagaimana perasaannya? Jika tidak bisa menyusun pertanyaan itu, berarti Vie belum merdeka. Vie perlu memerdekakan diri sendiri dahulu sebelum memerdekakan orang lain.

3. Beban dalam Perkawinan

Bahasa tubuh anak yang tidak bisa dipahami oleh orang tua dengan 3 anak dalam kurun waktu 5 tahun. Coba evaluasi lagi, memiliki 3 anak dalam waktu 5 tahun itu hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Jika kondisinya demikian, coba tanyakan pada diri sendiri kapan Vie memiliki waktu untuk mengurus diri?

Jangan menganggap fase hamil, melahirkan, dan menyusui itu hal yang remeh. Perempuan mengalami perubahan hormonal yang signifikan pada masing-masing fase tersebut. Perubahan hormonal ini sangat berpengaruh pada emosi dan pengambilan keputusan.

Anda perlu melakukan dialog dengan suami tentang jumlah anak dan jaraknya. Mungkin Anda terpengaruh dengan omongan orang diluar sana. Untuk mengatasi hal ini, Vie perlu mematangkan konsep diri senidiri.

Dengan begitu Vie akan mulai berfikir bahwa semua hal terkait pernikahan atau keturunan itu bukan urusan mereka. Perempuan itu terlalu banyak membawa beban masa lalu ke dalam pernikahan, baik yang tercipta karena lingkungan ataupun pendapat dari banyak orang.

4. Figur Ayah

Sebagai seorang single parent, berikanlah kesempatan pada anak untuk bisa berinteraksi dengan kakek, paman, atau guru laki-lakinya sehingga dia mempunyai tokoh identifikasi yang bisa dijadikan contoh. Ketika ingin memberikan ruang interaksi antara anak dan guru laki-lakinya, Anda juga harus izin ke istrinya agar tidak terjadi salah paham di kemudian hari.

5. Membuat Anak Pintar

Saat memiliki orientasi untuk membuat anak jadi pintar, Vie harus mempersiapkan segala sesuatunya. Misalnya persiapan emosi yang perlu dibenahi, setelah itu barulah merencanakan kehamilan berikutnya. Diskusikan dengan suami terkait perlu tidaknya menggunakan asisten rumah tangga.

Ketika berdiskusi dengan suami, gunakan kalimat pendek dan kalimat tanya. Apabila suami menyampaikan pertanyaan, Vie harus menjawab dengan cara berfikir dan memastikan ke dalam diri. Lalu menjawabnya dengan kesadaran yang utuh. Begitu pula dengan anak, seringlah mengajukan pertanyaan dengan cara yang enak dan tidak terkesan menyindir jika ingin anak menjadi pintar.

6. Komentar Mereka

Vie tentu sudah sering mendengar cerita mengenai komentar orang yang menyebutkan betapa sayangnya pendidikan tinggi perempuan jika ujung-ujungnya hanya jadi ibu rumah tangga. Apalagi jika posisi si ibu tadi sedang berada di puncak karir lalu memutuskan untuk resign.

Jika komentar itu dilontakran untuk Vie yang notabene memilih berada di rumah untuk fokus menjadi ibu rumah tangga, maka jawab pernyataan mereka dengan “ ITU BUKAN URUSAN LO”. Di luar sana ada banyak istri yang ingin fokus menjalani peran ibu rumah tangga dengan berada di rumah saja itu harus melalui pergolakan hebat dengan diri dan lingkungannya. Jadi besyukurlah ketika sudah bisa menjalankan peran ibu dengan berada di rumah.

7. Anak Siapa?

Menitipkan anak kepada orang tua atau mertua adalah jalan ninja yang biasanya dianggap sebagai cara terbaik. Namun ingat pula bahwa Anak memiliki emosi yang umumnya belum stabil. Jika orang tua yang biasanya diijinkan oleh anak untuk berangkat bekerja namun tiba-tiba si anak menjadi tantrum, maka ada hal yang harus di evaluasi.

Coba Vie fikirkan dan tanyakan kembali apakah anak yang berusia 16 bulan sudah bisa paham apa yang orang tua katakana? Coba tanyakan pada diri sendiri, itu anak siapa lalu kenapa orang tua atau mertua yang harus mengurus anakmu sepanjang waktu? Ingat Vie, orang tua atau mertuamu itu tidak di desain untuk mengurus cucunya. Mereka sudah berumur, mudah merasa lelah dan sedih.

Dari pembahasan  dapat disimpulkan bahwa emosi anak cerdas dapat dibentuk melalui komunikasi berkualitas. Yang mana hal tersebut akan terjadi jika orang tua sudah sembuh dari inner child dan memerdekakan dirinya dari penilaian, tekanan, maupun distraksi lainnya.




Devie
Perkenalkan, saya adalah de vie. Dalam terjemahan di google translate, de vie berarti kehidupan. Jadi, saya adalah kehidupan :D Pembaca blog ini saya sebut dengan panggilan Vie alias Viewers :) So kita samaan dong :D

Related Posts

9 comments

  1. Tips ini sangat cocok untuk teman-teman yang belum menikah, seperti aku. ternyata tidak semudah itu ya. semuanya harus ballance mulai dari pribadi sampai lingkungan sekitar. MasyaAllah terima kasih kak atas tulisannya, insyaAllah menambah pengetahuan aku yang belum punya pikiran sampai sana.

    ReplyDelete
  2. Reminder sekali kak :') aku lagi oleng nih perkara komunikasi sama anak. Lagi cranky mulu pula. Makin sadar kalau hadapinnya musti smart biar gak ganggu kecerdasan emosi dia juga huhuhu

    ReplyDelete
  3. Ah pencerahan sekali, diantara lengkapnya tulisan ini, ada tentang peran dan fungsi ayah dalam keluarga, jadi remainding untuk terus belajar jadi sosok ayah yang ternyata gampang-gampang susyah

    ReplyDelete
  4. Ibu Elly Risman selalu jleb kalau ngasih nasihat. Karena nasihat beliat dipoin terakhir paragraph ini yang bikin aku resign dari kerjaan. Sukak banget. Orang tua atau mertua tidak di desain untuk mengasuh anak-anak kita. Mereka mudah lelah it's true. Semoga kita jadi orang tua yang memiliki komunikasi baik terhadap anak dan pasangan.

    ReplyDelete
  5. Lengkap bgt ini. Masya Allah, remindernya ngena bgt. Akhir2 ini si anak sulung lagi seneng banget mancing emosi bapak ibunya, masya Allah. Harus banyak belajar lg emang cara berkomunikasi yg baik sama anak.

    ReplyDelete
  6. Mengerti dan komunikasi itu penting, banyak ortu yang hanya ingin anaknya mengerti tanpa mengajak komunikasi anaknya secara intens

    ReplyDelete
  7. Ngomongin 12 gaya pengasuhan populer, terkadang kita masih terbawa juga ya. Memang tidak bisa instan namun bukan berarti tidak bisa meninggalkan 12 gaya pengasuhan populer. Sebagai orang tua yang pelru dilakukan adalah tidak merasa paling di hadapan anak-anak

    ReplyDelete
  8. lengkap sekali dan saya seperti tertampar. Apakah saya benar-benar siap menjadi orang tua?

    ReplyDelete
  9. Masya Allah ..penuh insight mbak. Pas baca "sudahkah menyapa perasaan pasangan?" Deg...auto mikir kapan ya... maksih ya aku bacanya sambil mengingat2 periode kami membersama ananda di rimah

    ReplyDelete

Post a Comment