#

Belajar Cara Menjadi Ibu yang Sabar dari Dyah Kusuma

15 comments

Ibu, gambaran keikhlasan yang tidak akan pernah lekang oleh waktu. Sosok dengan label madrasah pertama bagi anak-anaknya ini selalu dilatih untuk terus bersabar dan bersyukur. Pernahkah Anda bertanya bagaimana cara menjadi ibu yang sabar dan selalu bersyukur?

Mungkin sebagian dari kita sempat mengalami momentum dimana sosok ibu sebagai seseorang yang hanya hadir karena suratan takdir. Bahkan bisa jadi sosok Ibu tidak terlalu berkesan karena luka yang pernah diperbuatnya.

Lalu kita dihadapkan pada momentum yang mengingatkan betapa berharga, bermakna, dan istimewanya seorang Ibu. Jika momentum ini belum juga dirasakan, ada baiknya jika kita memohon kepada Allah SWT untuk dibukakan pintu hati dan diberi hidayah.

Mari kita renungkan, betapa berharganya seorang ibu. Terlepas dari luka yang mungkin pernah dibuatnya, seorang Ibu adalah sosok yang keikhlasan, kesabaran, dan keimanannya adalah suatu teladan yang patut untuk dijadikan idola.

Akan ada banyak versi tentang cara menjadi ibu yang sabar. Tapi yang jelas setiap ibu akan selalu menjadi yang terbaik bagi anak-anaknya. Mba Dyah Kusuma adalah salah satu sosok yang bisa dijadikan teladan untuk belajar cara menjadi ibu yang sabar.

Mengenal Mba Dyah Kusuma

caption untuk ibu singkat


Saat saya menanyakan pendapat tentang Ibu, Beliau dengan mantapnya mengatakan, "Jadi Ibu itu seru, sayang ga ada sekolahnya." Mendengar kemantapannya saat menyatakan hal itu membuat saya ingin mengulik lebih dalam tentang suka dukanya seorang Ibu.

Sayangnya tidak banyak waktu yang saya miliki. Sebelum lebih jauh mengulik belajar cara menjadi ibu yang sabar dari Mba Dyah Kusuma, saya akan mengenalkan sekilas tentang Beliau. Supaya nantinya kita semua bisa lebih paham tentang sosok Ibu teladan yang satu ini.

Dyah Kusumastuti Utari adalah seorang ibu dari tiga orang anak yang saat ini merupakan staf di sebuah perusahaan manufaktur di Surabaya. Beliau juga berprofesi sebagai writer, lifestyle blogger, dan ghost writer.

Wanita yang berdomisili di Sidoarjo ini memilih Dyah Kusuma sebagai nama pena di rumah mayanya. Jika ingin mengunjungi rumah mayanya, Anda bisa berkunjung ke blog pribadinya. Di blog pribadinya tersebut, Beliau membagikan berbagai hal seputar menjadi seorang Ibu.

Cara Menjadi Ibu yang Sabar

Orang sering kali menyebut sabar itu ada batasnya, tapi ternyata sebetulnya ia tidak ada batasnya. Jika ditanya mengapa demikian? Karena sabar memang tidak ada batasnya. Hanya saja ia perlu ditempatkan sesuai pada tempatnya.

Lantas, apakah sabar bisa datang begitu saja tanpa ada usaha untuk menghadirkannya? Sebagai seorang Ibu, mungkin sabar bisa tumbuh secara alami. Sabar yang secara alami ini akan lebih baik lagi jika ia dibangun dengan fondasi yang kokoh dan stabil.

Jika Anda sudah sempat bermain ke blog Beliau, ada garis besar yang bisa diambil dari rumah mayanya tersebut. Salah satunya yaitu tentang belajar cara menjadi ibu yang sabar. Hal ini tentu terlihat jelas karena Beliau sengaja membuat jejak digital untuk menjadi Ibu.

Setidaknya beberapa poin berikut bisa mewakili tetang cara menjadi ibu yang sabar dari sosok Mba Dyah Kusuma. Untuk penjelasan lebih lanjutnya, mari simak caranya berikut ini.

Belajar

quote of the day about life


Bagi Beliau, belajar itu hingga akhir hayat. Beliau juga selalu mengingatkan untuk Never Stop Learning Because Live Never Stop Teaching. Saya mencoba merenungi pesan Beliau, dan ternyata memang selama seseorang masih hidup, maka ia harus terus belajar.

Ada kalanya dimana ego kita ingin diberi makanan dengan menuruti semua maunya. Sampai-sampai mungkin kita pernah dengan mudahnya menghakimi orang lain tanpa mau tahu rangkaian peristiwa lainnya yang ada menyertainya.

Idealnya seorang Ibu menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya dengan penuh kelemahlembutan dan ilmu-ilmu yang mumpuni. Namun kenyataannya seorang Ibu sering dihadapkan pada kondisi yang bisa mengguncang hati dan fikirannya.

Kondisi pribadinya yang harus selalu diupayakan dalam kondisi stabil terkadang mendapat gangguan tambahan dari komentar dari sekitarnya. Jika saja seorang Ibu tidak disibukkan belajar, mungkin kembali ke kondisi yang stabil akan menjadi lebih sulit untuk dilakukan.

Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus, bagaimanapun juga kondisi hati dan fikiran seorang Ibu akan berdampak besar bagi keluarganya. Ibu yang sabar akan menciptakan seorang Ibu yang bahagia.

Kebahagiaan Ibu inilah yang nantinya mampu menciptakan kurikulum yang baik untuk anak. Pendidikan berbasis iman, adab, dan amal di rumah dan di sekolah juga bisa disinkronkan saat kondisi si Ibu bahagia.

Disamping itu, seorang Ibu harus paham betul mengenai tahapan pendidikan anak agar bisa mendidiknya dengan tepat. Hal-hal semacam inilah yang perlu dipersiapkan saat menjadi Ibu. Semua itu hanya bisa dipersiapkan ketika seorang Ibu tahu, mau, dan mampu untuk belajar.

Menulis


Jika ditanya, apakah cukup dengan belajar? Tentu spontan orang akan menjawab bahwa belajar saja tidak cukup. Setelah belajar, seseorang harus mempraktikkan ilmunya. Tidak ada yang salah dengan pendapat tersebut.

Seseorang memang perlu mempraktekkan ilmunya, hal yang tidak kalah penting yaitu menuliskannya. Dari Mba Dyah Kusuma kita bisa belajar bahwa menulis menjadi salah satu cara Beliau untuk mengikat suatu ilmu dan membagikan kebermanfaatannya.

Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya karya buku yang berhasil dibuatnya. Mba Dyah Kusuma sudah berhasil menerbitkan buku solonya yang berjudul Maaf, Terima Kasih, Tolong dan sembilan belas buku antologi lainnya.

Mengapa memilih menulis sebagai cara berikutnya setelah belajar? Karena dengan menulislah suatu ilmu akan abadi. Selain abadi, ia juga menjadi sebuah peluru yang bisa melesat kemanapun dan kepada siapapun.

Jadi, menulis menjadi pilihan yang tepat untuk dilakukan setelah seseorang belajar. Sekecil apapun pengetahuan yang dimiliki seseorang, ia bisa jadi menjadi informasi berharga bagi orang lain.

Termasuk misalnya informasi tentang pendahuluan sekolah online muslimah. Meskipun judulnya pendahuluan, tapi pasti banyak ilmu di dalamnya. Baik itu tentang alasan-alasan mendasar ataupun strong why yang ingin disampaikannya.

Selain mengikat ilmu dan berbagi manfaat, menulis juga bisa menciptakan habit sabar bagi seseorang. Hal ini terjadi karena saat seorang menuliskan kepenatan dalam fikirannya, maka emosinya tersalurkan dan tingkat kesabarannya akan bertambah dari sebelumnya.

Itulah uraian singkat tentang belajar cara menjadi Ibu yang sabar dari Mba Dyah Kusuma. Semoga kita bisa menjadikan belajar cara menjadi Ibu yang sabar dari Mba Dyah ini sebagai pencerahan untuk pembelajaran bersama.


Devie
Perkenalkan, saya adalah de vie. Dalam terjemahan di google translate, de vie berarti kehidupan. Jadi, saya adalah kehidupan :D Pembaca blog ini saya sebut dengan panggilan Vie alias Viewers :) So kita samaan dong :D

Related Posts

15 comments

  1. Sabar itu memang jadi PR banget buat aku pribadi. Setelah jadi ibu emang kudu banyak sabarnya, karena seperti kata Mbak Dyah intinya ibu itu kudu sabar mendidik anak. Btw, masyaAllah banyak banget antologi bukunya. Itu gimana Mbak Dyah ngerjainnya yaa 😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah kalo ini harus tanya langsung sama Mba Dyah nih Mba hehe :)

      Delete
  2. Masih PR banget nih buat aku yang jadi ibu buat lebih sabar kedepannya, rasanya emang nano-nano dan MasyaAllah ya, hehe. Semangat para ibu!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba, sama aku juga masih PR banget nih biar bisa sabar pada tempatnya

      Delete
  3. Bisa jadi bahan bekal kalau aku udah jadi seorang ibu nih hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah samaan kita dong Mba, aku juga sedang proses menemukan jodoh. Jadi ini bisa buat bekal nantinya. Ayo semangat Mba :)

      Delete
  4. Saya suka dengan gaya tulisan Mbak Devie, renyah! Perbendaharaan katanya banyak, sehingga satu kalimat ke kalimat yang lain saling tersambung dengan apik. Kelihatan, kalau Mbak Devie gemar membaca, keren banget ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, masih belajar aku Mba. Ayo saling bersinergi Mba :)

      Delete
  5. Semenjak jadi ibu, saya yang pendiam, malah jadi sering ngomel-ngomel. Astagfirullah. Tingkat kesabarannya harus ditambah. Terima kasih atas inspirasinya, Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku sering denger curhatan begini Mba. Terus setelah ngomong begini, Ibu2 itu bilang kalo nyesel banget kenapa dulu ngga bisa lebih sabar dan ngasih hal-hal terbaik buat anaknya. Sekarang anaknya sudah besar-besar, terus kalo keinget merasa bersalah. Sedih dengernya, semoga kita semua selalu bersemangat untuk belajar dan terus memperbaiki diri ya Mba :)

      Delete
  6. Masya Allah, baca ini jadi inget ibu. Makasih remindernya mba :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Mba, semoga tulisan nya bermanfaat 😊

      Delete
  7. Kesabaran seorang ibu memang selalu diuji, tapi di situlah seni mendidik, dan memang benar ibu merupakan madrasah oertama bagi anak2nya.

    ReplyDelete
  8. Iya Mba, salut pokoknya sama Ibu-ibu yang ada di dunia ini :)

    ReplyDelete
  9. MasyaAllah.. benar sekali, sebagai seorang ibu tentu kesabaran selalu di uji. Tapi disitulah memang seninya untuk bisa belajar mendidik anak-anak. Nice!

    ReplyDelete

Post a Comment