#

Menyikapi Ujian Pernikahan oleh Ustadz Bendri Jaisyurrahman

Post a Comment

  




Jangan berfikir bahwa rumah tangga akan terus menerus bahagia. Jangan juga berfikir kalau jomblo akan terus menerus bahagia. Semua itu belum pasti. Seseorang yang menikah sudah pasti ada resiko konflik dengan pasangan. Sedangkan sisi beruntungnya jomblo  yaitu tidak ada resiko konflik dengan pasangan, karena dia belum mempunyai pasangan. Meskipun dia juga sebenarnya memiliki konflik tersendiri, yaitu konflik batin.

Realitanya, baik jomblo ataupun pasangan yang sudah menikah pasti akan tetap Allah SWT uji. Ujian itu bisa berupa kesenangan maupun kesusahan. Tidak ada pernikahan yang selalu bahagia, pasti ada saat dimana air mata akan berderai. Namun justru itulah indahnya hidup. Dimana Allah SWT ingin menguji hamba-Nya. Tentang sejauh mana keimanan seseorang, terlebih lagi jika niat menikah itu adalah niat yang tulus ikhlas karena Allah SWT

Niat tulus ikhlas karena Allah SWT yang dimaksudkan yaitu menikah untuk ibadah. Ketika sesuatu itu diniatkan untuk ibadah, berarti ia akan menimbulkan dua konsekuensi antara bersyukur dan bersabar. Karena setelah menikah kita akan  menjalani ibadah maka hidup kita setelah menikah pasti akan merasakan dua kondisi. Kondisi pertama yaitu  ketika mendapat kesenangan maka akan kita syukuri. Akan tetapi ketika diberi kesusahan maka akan kita sabari. Kedua hal tersebut juga merupakan suatu konsekuensi hidup seseorang.

Bisa jadi dalam pernikahan seseorang dzikir yang dilakukan pertama kali adalah hamdalah, malam kedua berganti Masya Allah, malam ketiga yaitu Subhanallah, malam keempat yaitu Astaghfirullah, malam ke lima menjadi Innalillahi wa innailaihiraji’un, malam ke enam mulai La haula wala quwwata illa billah, malam ketujuh berganti ganti dari astaghfirullah, innalillah, terus menerus berganti seperti itu hingga tak kembali lagi ke hamdalah. Itulah realita hidup yang Namanya ibadah.

Apakah jika ridak menikah lalu kita akan terus menerus berada dalam kesananga? Tidak juga. Seseorang akan bahagia bukan karena definisi bahwa bahagia adalah ketika dirinya akur. Definisi bahagia yang sesungguhnya bukanlah itu. Definisi bahagia yang sesungguhnya yaitu ketika engkau bersama Allah SWT. Jika engkau bersama Allah SWT maka pasti akan bahagia meskipun pada saat yang bersamaan sedang dilanda masalah.

Jadi, kita tidak perlu khawatir. Kita juga tidak perlu terpengaruh dengan romantisme-romantisme yang terkadang membuat kita bahwa pernikahan seideal ini. Sehingga terkadang pasangan suami istri yang  complain, “Kok pasangan saya ngga seperti dia sih?” Kita lupa bahwa realitas kehidupan adalah menguji. Karena itu jangan berharap kita hanya meraih kesenangan dunawi. Yang paling hakiki yaitu kita menangis lalu membayangkan posisi kita di akhirat kelak.Karena yang paling penting yaitu posisi kita di akhirat. Sehingga kita harus menyiapakan diri dan mental kita.

Mental yang dimaksudkan untuk dipersiapkan yaitu mental ibadah. Mental ibadah yaitu ketika seseorang dihidupkan ke dunia maka  baik berada dalam kondisi menikah maupun tidak meikah pun harus tetap siap di uji.

Devie
Perkenalkan, saya adalah de vie. Dalam terjemahan di google translate, de vie berarti kehidupan. Jadi, saya adalah kehidupan :D Pembaca blog ini saya sebut dengan panggilan Vie alias Viewers :) So kita samaan dong :D

Related Posts

Post a Comment