
Membesarkan anak bukan hanya soal memberi makan, pakaian, atau mainan, tapi juga tentang menemani mereka mengenal dirinya sendiri. Termasuk dunianya emosinya yang belum bisa diungkapkan.
Jika Anda mencari cara sederhana namun bermakna untuk membantu anak mengenali dan mengungkapkan perasaan, maka buku "Apa yang Kamu Rasakan?" ini bisa menjadi langkah awal yang sekaligus menyenangkan buah hati. Pasalnya, bersama buku ini nantinya Anda tidak hanya mengenalkan rasa namun juga menjaga quality time bersamanya.
Luangkan waktu sejenak untuk duduk santai bersama sembari membuka lembar demi lembar dari bukunya. Lalu tanyakan dengan lembut, “Apa yang kamu rasakan?” Itu mungkin pertanyaan kecil, tapi bisa jadi langkah besar dalam perkembangan emosional anak Anda.
Mengapa Anda Memerlukan Buku ini?
Dampak Negatif Jika Anak Tidak Tahu Apa yang Dirasakan
Di dalam kehidupan sehari-hari tentu Anda sudah menemui banyak orang dengan karakter yang beraneka ragam pula. Diantara mereka tentu ada segelintir orang yang belum mengenali emosinya. Karena belum mampu mengenalinya, maka akan sulit baginya untuk memberikan respon yang tepat ataupun meregulasinya.Dari hal tersebut bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika anak tidak mampu mengenali dan menyebutkan emosinya. Anda perlu mengetahui dampak negatif jika anak tidak tahu apa yang dirasakan, agar dapat mencegahnya. Berikut ini beberapa rantai masalah yang bisa terjadi secara bertahap saat anak tidak bisa mengenali emosinya:
1. Kebingungan Emosional
Anak mengalami emosi yang kuat (marah, takut, cemas, sedih), tapi tidak tahu nama perasaan itu. Akibatnya, ia kesulitan mengelola responnya.
2. Respons yang Meledak-ledak atau Menarik Diri
Karena tidak bisa mengekspresikan perasaan dengan kata-kata, anak mungkin bereaksi lewat tantrum, teriakan, memukul, atau justru menjadi pendiam, murung, dan menarik diri dari orang lain.
3. Kesulitan Berkomunikasi dan Bersosialisasi
Anak tidak dapat mengkomunikasikan kebutuhannya kepada orang tua atau teman, sehingga interaksi sosial jadi terbatas. Ini bisa membuat anak dianggap ‘susah diatur’ atau ‘tidak kooperatif’.
4. Perkembangan Mental-Emosional Terhambat
Dalam jangka panjang, ketidakmampuan mengenali emosi dapat menyebabkan rendahnya Emotional Quotient (EQ). Anak kesulitan menghadapi stres, mengelola konflik, atau berempati terhadap orang lain.
5. Risiko Masalah Psikologis di Masa Dewasa
Anak yang tidak dibimbing untuk memahami emosinya, berisiko tumbuh menjadi remaja atau dewasa yang tertekan, impulsif, sulit membangun relasi yang sehat, bahkan rentan terhadap gangguan kecemasan atau depresi.

Apa yang Kamu Rasakan?
Pernahkah Anda merasa bingung saat anak tiba-tiba menangis, marah, atau bahkan berteriak tanpa alasan yang jelas?Sebagai orang dewasa, kita sering lupa bahwa mengenali dan menyampaikan perasaan bukanlah kemampuan yang langsung dimiliki anak sejak lahir. Mereka butuh bantuan bukan hanya untuk memahami emosinya, tapi juga untuk menyebutkannya.
Nah, inilah yang ditawarkan oleh buku interaktif "Apa yang Kamu Rasakan?". Buku ini merupakan sebuah jembatan kecil yang membantu anak melangkah menuju pemahaman emosional yang lebih baik.
Bukan Sekadar Buku, Ini adalah Alat Komunikasi
Buku ini hadir dalam format boardbook interaktif yang kokoh, aman, dan sangat ramah untuk tangan-tangan kecil yang masih sering penasaran. Setiap halaman didesain dengan penuh pertimbangan psikologis dan emosional, agar anak merasa dilibatkan, dan bukan diajari.Penyampaian isinya dikemas melalui pertanyaan sederhana yang menggambarkan situasi sehari-hari anak, ilustrasi ekspresif, dan roda ekspresi, yang mampu menggugah empati dan imajinasi. Dengan kata lain, ini bukan hanya buku cerita, tapi juga alat bermain, alat belajar, dan bahkan bisa menjadi sarana ngobrol santai yang mendalam antara orang tua dan anak.
Bukan hanya membantu dalam mengenal emosi, melalui media ini anak juga akan belajar untuk menyadari bahwa semua perasaan itu valid, dan tahu bagaimana cara menyampaikan perasaannya. Disamping itu, anak akan merasa dimengerti dan bukan dihakimi. Dan saat anak merasa dimengerti, hubungan Anda dengannya pun menjadi lebih hangat dan terbuka.
Connect dulu, arahkan kemudian.Buku ini juga disusun dengan nilai-nilai Islam yang hangat dan humanis. Misalnya, inspirasi dari cara Rasulullah SAW berbicara dengan anak kecil yang sedang sedih karena burung peliharaannya mati. Beliau tidak langsung menyuruhnya berhenti menangis, tapi justru mengajak bicara, menghubungkan diri secara emosional. Nilai inilah yang ditanamkan dalam buku ini. Karena saat anak merasa didengar, ia akan lebih mudah belajar menerima arahan.
Meski demikian, seluruh isi buku tetap bersifat universal. Tidak ada istilah atau adegan khusus yang hanya bisa dipahami oleh satu kelompok saja. Buku ini bisa Anda pesan melalui kontak yang tertera di homepage web ini.
Post a Comment
Post a Comment