#

MATERI 12 BAHAYA – BAHAYA LIDAH

Post a Comment

 

MATERI  12

BAHAYA – BAHAYA LIDAH

(M2S IKARIE)

Amalia Roza Brillianty., S.Psi., M.Si., Psi

(Ummi Rosa)

 

 

LIDAH YANG TAJAM BERASAL DARI HATI YANG BERPENYAKIT

“Janganlah kamu sekalian memperbanyak bicara selain berdzikir kepada Allah; Sesungguhnya memperbanyak perkataan tanpa dzikir kepada Allah SWT akan mengeraskan hati, dan sejauh-jauh manusia adalah yang hatinya keras.”

_____HR. Tirmidzi_____

 

Hasan Al Basri pernah berkata: Sesungguhnya lidah orang yang beriman ada dibelakang hatinya. Apabila dia ingin berbicara tentang sesuatu maka dia merenung dengan hatinya. Kemudian lidahnya menunaikan. Sedangkan lidah orang munafik berada di depan hatinya. Apabila menginginkan sesuatu maka dia menunaikan dengan lidah dan hatinya.

Di dalam Islam kita diajarkan untuk berfikir sebelum bertindak, karena akan ada banyak kemudharatan akibat tidak menjaga lidah. Apa yang diucapkan oleh lisan kita adalah bentuk representasi dari apa yang ada di hati dan pikiran kita.

 

KEMUDHARATAN AKIBAT TIDAK MENJAGA LIDAH

  1. Hati Menjadi Keras/Buta: Banyak berbicara hal-hal yang tidak berguna bahkan mengandung kemaksiatan maka akan mengeraskan hati, karena syaitan akan memanfaatkannya untuk membutakan hati.
  2. Menyuburkan Penyakit Hati: Lidah yang tajam berasal dari hati yang sakit (hasad, riya, sombong, dll). Akan semakin sakit bila tidak segera dihilangkan.
  3. Menjatuhkan Diri Sendiri: Semakin banyak bicara maka akan semakin besar peluang untuk berbohong dan kemuliaan diri juga jadi taruhan nya. Orang lain tidak akan percaya lagi bahkan akan dianggap sebagai orang munafik.
  4. Merusak Hubungan: ketidakmampuan dalam menjaga lidah maka akan memicu konflik, dendam, bahkan pertikaian atau peperangan antar manusia yang berujung kerusakan.

 

Ada 2 kelebihan yang dimiliki manusia yang jika dia bisa me manage dengan baik, maka orang itu akan bahagia, yaitu kelebihan lidahnya maka hendaknya dia menahannya dan kelebihan hartanya maka hendakya dia menginfakkannya

PENYAKIT LIDAH

  1. Pembicaraan Tidak Berguna: Sesungguhnya Allah SWT dan Rasulullah SAW sudah sering mengingatkan kita untuk memanfaatkan waktu dan mengisinya dengan kebaikan-kebaikan yang mendatangkan pahala. Menyibukkan diri dengan pembicaraan tidak berguna (hal yang mubah) memang tidak berdosa tapi kita merugi. Padahal modal terbesar dalam kehidupan ini adalah waktu.  Pembicaraan dikatakan Tidak Berguna / Pembicaraan yang Tidak Bermanfaat yaitu ketika membicarakan sesuatu hal disaat dan tempat yang tidak tepat dan jika disampaikan atau pun tidak maka tidak akan mendatangkan pahala ataupun dosa dan juga bahaya. Misalnya: Ketika menunggu di ruang dokter lalu kita bercerita kepada orang yang duduk disebelah kita tentang peristiwa-peristiwa menakjubkan yang pernah kita alami. Mari kita renungi: seandainya hal tersebut tidak kita ceritakan, apakah kita berdosa? Tidak. Membahayakan kah untuk kita? Tidak. Maka Ketika kita membicarakan hal itu, kita masuk ke pembicaraan yang tidak berguna. Obatnya yaitu mengingat-ingat kematian sehingga bisa bergegas memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang penting termasuk dalam berbicara dan menahan lisan kita untuk berbicara yang tidak perlu.
  2. Bicara Berlebihan yaitu bicara yang tidak ada manfaatnya dan melebihi keperluan. Dikatakan Bicara Berlebihan ketika maksud telah tersampaikan dengan 1 kalimat tapi diungkapkan dengan 2 kalimat maka kalimat ke 2 adalah kelebihan, meskipun tidak mengandung dosa dan bahaya. Bicara Berlebihan bisa trjd saat kita memuji seseorang, saat berambisi berbicara di suatu majelis (mk kita harus berusaha untuk diam, tapi Ketika kita selalu ingin diam mk kita harus mendorong diri kita untuk berbicara **ingat konsep seimbang**), dan saat menasehati hendaknya focus pada apa yang ingin diubah (jangan melebar)
  3. Perbantahan dan Berdebat. Perbantahan : menyanggah pembicaraan orang lain dengan menampakkan kelemahan (pendapat) orang lain. Berdebat:  ada unsur menghujat pembicaraan yang bertujuan untuk menyerang dan menyalahkan serta ingin mengesankan keunggulan diri sendiri. Kedua hal ini muncul karena didorong oleh sifat sombong dan agresifitas pada diri kita. Batasannya: Bila yang kita dengar itu benar mk kita membenarkannya nmn jika itu dusta dan tidak berkaitan dengan agama, tidak menimbulkan kerusakan, dan tidak membahayakan maka sebaiknya kita mendiamakannya dan jika ada hal yang harus dibenahi mk beritahukanlah dengan cara lemah lembut dan memilih waktu serta tempat yang tepat untuk menyampaikannya. Obatnya: Terapi Diam dalam hal yang tidak berdosa bila mendiamakannya dan menghancurkan sifat kesombongan dan sifat kebinatangan pada diri kita.
  4. Melaknat:  dilaknat oleh bumi Ketika kita sembarangan melaknat, tidak dapat memberikan syafaat dan tidak diterima kesaksiannya di akhirat. Ada melaknat yang diperbolehkan, namun ungkapannya juga harus sesuai syariat. Akan lebih baik orang mukmin itu menyibukkan diri dengan dzikrullah atau diam.
  5. Senda Gurau / Bercanda: senda gurau itu dilarang kecuali dalam kadar yang sedikit. Senda gurau yang diperbolehkan yaitu senda gurau yang secukupnya, tidak mengandung dusta, tertawa sesuai sunah dan tidak menyakiti.
  6. Ejekan Cemoohan: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah satu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik daripada mereka yang mengolok-olok.”  (QS. Al-Hujurat: 11)
  7. Berdusta: Berdusta diperbolehkan untuk keperluan darurat dan penting / Bila jujur akan menimbulkan bahaya dan kemudharatan. Contoh dusta haram >>> “Ibu akan membelikanmu boneka (padahal sebetulnya tidak berniat untuk membelikannya boneka).” Contoh bukan dusta >>> Bagaimana pendapatmu jika ibu memberikan boneka untukmu kalau kamu juara?
  8. Ghibah dan Fitnah: menceritakan sesuatu tentang seseorang padahal orang itu tidak suka (jika hal itu dibicarakan) Bila benar berarti itu GHIBAH dan bila salah berarti itu FITNAH. Pada kondisi terntentu kita boleh membicarakan orang lain, misalnya meminta nasehat, mengadukan kedzoliman, dipersidangan, mencegah kemungkaran, panggilan khas yang mana orang itu ridha dengan panggilan khas trsbt
  9. Namimah / Menghasut / Adu domba: yaitu berdusta atas orang yang tidak bersalah, menyebarkan rahasia orang lain, membeberkan apa yang ingin disembunyikan orang lain, menyampaikan pembicaraan orang lain tentang orang yang bersangkutan. Jika kita berada diposisi orang yang terlibat namimah maka sikap kita sebaiknya tidak membenarkannya, melarangnya dan menasehati, membencinya karena Allah SWT, tidak berprasangkan buruk, tidak melakukan tajasuss (jangan kemakan omongan orang lain bahwa ada orang lain yang membenci kita)
  10. Berlidah Dua / Penjilat: Sikap seorang muslim apabila ada dua orang saudaranya yang sedang berselisih adalah berusaha mendamaikannya.
  11. Sanjungan: jika disanjung jangan ujub, kita yang menyanjung harus luruskan niat, kita yang menyanjung harus sesuai fakta dan tidak lebay.

 

KEUTAMAAN MENJAGA LIDAH

  1. Konsekuensi Iman: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih)
  2. Tidak Memberikan Peluang kepada Syaitan untuk Menejerumuskan Kita ke dalam Neraka : Dan Katakanlah kepada hamba-hamba Ku: “ Hendaklah mereka mengucapkan perkara yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka ….” (QS. Al-Isra’ :53)
  3. Untuk Meraih Kemuliaan dan Surga: “Siapa yang menjamin untukku apa yang ada diantara dua janggutnya dan dua kakinya, maka Aku akan menjamin untuknya surga.” (HR. Bukhari)

Pembicaraan kita bisa termasuk perkataan yang wajib, sunnah, mubah, makruh atau pun haram untuk dikatakan. Bila bicara kita adalah sesuatu yang wajib dan sunnah maka insya Allah akan ada pahala dan kebaikan namun selain dari itu maka itu termasuk perkataan yang mengarah pada keburukan / tercela / berdosa jika diucapkan. Maka jika kita khawatir akan perkataan kita bahwa ia akan menggelincirkan kita  maka akan jauh lebih baik jika kita diam.

Kebutuhan wanita untuk berbicara itu lebih tinggi dibanding laki-laki. Sampai kita hidup saat ini, apakah kata-kata yang kita ucapkan adalah kata-kata yang bermanfaat? Apakah tindakan kita sejak kita dilahirkan sampai dengan saat ini adalah tindakan yang bermanfaat?

Manusia adalah makhluk lemah yang lidahnya mudah tergelincir dalam kemaksiatan.

Marah adalah representasi dari gharizahbaqa / naluri mempertahankan diri. Naluri mempertahankan diri akan terpancing manakala ada stimulus. Respon dari naluri mempertahankan diri ini sebetulnya bisa dikendalikan walaupun disisi lain kita juga telah dibentuk oleh pola asuh orang tua kita. Untuk mengendalikan diri saat marah yaitu kita harus bisa meyakinkan pada diri kita bahwa kita memiliki area yang kita kuasai sehingga kita bisa memberikan respon yang lebih baik meskipun disamping itu ada area yang menguasai diri kita. Ketika emosi reda >>> sadari tentang respon kita saat kita emosi >>> mohon ampun pada Allah SWT  >>> mencatat apa saja (semua hal) yang kita lakukan  saat kita marah agar kita tahu apa saja yang lisan saya keluarkan sehingga nantinya bisa membangkitkan alam sadar kita bahwa kata-kata itu tidak boleh lagi diucapkan, tidak usah berputus asa karena dari hari ke hari kkita berazam untum memperbaiki diri maka sebetulnya ada perubahan hanya saja kita tidak mencatatnya jadi seolah-olah kita tidak ada progres. Maka dari itu kita perlu mencatat untuk mengetahui polanya (durasi, kata-kata yang diucapkan, tindakan yang dilakukan) juga. Jangan pernah menganggap remeh hal sekecil apapun tentang perbaikan diri yang kita lakukan dan yakinlah bahwa Allah akan membantu kita.

 

 

 

Devie
Perkenalkan, saya adalah de vie. Dalam terjemahan di google translate, de vie berarti kehidupan. Jadi, saya adalah kehidupan :D Pembaca blog ini saya sebut dengan panggilan Vie alias Viewers :) So kita samaan dong :D

Related Posts

Post a Comment